Cara Menghitung Cash Flow Investasi dan Contoh nya

By Content Writer | April 23, 2021
cara menghitung cash flow investasi

Apakah Anda pernah mendengar istilah cash flow dan mengetahui cara menghitung cash flow investasi?

Menurut Anda mana yang lebih penting, berhasil menghasilkan harta kekayaan dan keuntungan yang besar atau memiliki cash flow yang positif?

Bagi seorang ekonom, terkadang tidak cukup untuk menilai apakah suatu entitas (baik itu entitas perusahaan atau entitas individu) dikatakan memiliki keuangan yang ‘sehat’ atau ‘sakit’ hanya dengan melihat seberapa banyak kekayaan dan keuntungan yang dihasilkan.

Baca juga: Cara Investasi Saham Syariah

In fact, terlalu naif jika menganggap laba yang besar sama dengan kinerja keuangan yang baik.

Dalam dunia bisnis, banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan saat menilai kinerja perusahaan.

Di balik laba yang besar biasanya akan muncul pertanyaan, “seberapa besar porsi pendapatan/penjualan tunai dibandingkan pendapatan/penjualan kreditnya?” “apakah laba yang dilaporkan bebas dari praktik income smoothing?” dan sebagainya.

Karena hal itu lah kita tidak bisa percaya 100% pada laba, dan mulai melirik komponen lain yaitu cash flow yang menunjukkan kekayaan “real” perusahaan dalam bentuk uang kas.

Inilah yang terjadi dalam dunia usaha. Lalu bagaimana dalam pengelolaan finansial pribadi?

Apakah cash flow masih tetap relevan jika dipraktikkan dalam pengelolaan keuangan kita?

Jawabannya adalah, ya, sangat relevan..

Apa itu Cash Flow?

Cara Menghitung Cash Flow Investasi

Cash flow (arus kas) adalah aliran uang masuk dan keluar suatu entitas selama satu periode tertentu. Periode yang dimaksud bisa harian, hingga tahunan.

Mudahnya, cash flow melaporkan dari mana uang kita berasal dan ke mana uang itu dihabiskan dalam kondisi real time.

Sesuai namanya, arus kas hanya mencatat transaksi yang sifatnya tunai. Misal, jika Anda membeli mobil seharga 500 juta dengan cara kredit dan harus membayar DP 20% di muka, laporan arus kas tidak melaporkan pengeluaran Anda sebesar 500 juta melainkan sebesar 100 juta rupiah (dengan asumsi Anda langsung membayar lunas seluruh DP).

Contoh lainnya, jika Anda menjual motor dengan harga 5 juta kepada seorang kawan namun kawan Anda baru membayar setengahnya, maka arus kas masuk yang dicatatkan bukan 5 juta melainkan hanya 2,5 juta rupiah.

Secara teori cash flow terdiri dari 3 jenis kegiatan, yaitu:

Cash Flow dari Kegiatan Operasional

Cash flow dari kegiatan operasi adalah arus kas yang berasal dari atau dibayarkan untuk segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan operasional sehari-hari.

Cash Flow dari Kegiatan Pendanaan

Cash flow dari kegiatan pendanaan merupakan arus kas yang didapat atau dikeluarkan karena adanya kegiatan pinjaman.

Arus kas kegiatan pendanaan akan bertambah jika Anda mendapat pinjaman dan berkurang saat Anda membayar atau menyicil utang Anda.

Cash Flow dari Kegiatan Investasi

Cash flow dari kegiatan investasi adalah uang yang didapat atau dikeluarkan untuk kegiatan investasi.

Contohnya adalah saat Anda memutuskan untuk membeli properti untuk tujuan investasi atau membeli saham.

Cash flow dari kegiatan investasi adalah highlight dari artikel ini. Namun sebelum sampai ke sana, mari kita bahas terlebih dahulu mengapa cash flow menjadi elemen penting dalam finansial dan bagaimana kita mengatur ‘keran’ cash flow kita agar tidak kebobolan.

Mengapa Cash Flow Penting?

Cara Menghitung Cash Flow Investasi

Cash is king – kas adalah raja. Itu yang dikatakan banyak penasihat keuangan.

Mungkin Anda sering melihat di kehidupan sehari-hari banyak orang yang senang membelanjakan uang dan membeli barang-barang mewah dengan alasan untuk “investasi”.

Membeli rumah pribadi, mobil mewah, gadget dan elektronik ter-update, fashion item dari brand ternama, dan lainnya.

Namun ternyata barang-barang itu dibayar dengan cara mencicil. Tiap bulan uang habis hanya untuk membayar cicilan hingga hanya sedikit uang tunai yang tersisa.

Pertanyaannya, bisakah barang-barang mewah tersebut, yang katanya adalah “investasi”, digunakan untuk membeli sembako atau membayar tagihan listrik Anda?

Apa yang akan terjadi saat pandemi melanda dan membuat Anda kehilangan sebagian atau seluruh penghasilan?

Dijamin, barang-barang mewah, yang bahkan cicilannya belum lunas, itu tidak akan bisa jadi penyelamat Anda!

Itulah mengapa harta kekayaan atau laba (bagi perusahaan) yang dihasilkan suatu entitas bisa saja menipu.

Dan itu juga alasan kenapa memiliki arus kas yang positif jauh lebih penting ketimbang menghabiskan uang Anda untuk menumpuk “aset”.

Jangankan menumpuk “aset”, investasi sekalipun jika tidak dibarengi dengan manajemen cash flow yang baik bisa jadi malapetaka.

Sama seperti barang mewah, saham yang Anda miliki sekarang tidak bisa langsung dipakai untuk membayar tagihan listrik dan air rumah Anda, kan?

Sekarang kita sudah sepakat, bahwa membuat aliran kas yang positif adalah suatu keharusan.

Ada dua cara yang bisa Anda lakukan untuk membuat arus kas Anda menjadi positif: mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.

Mengatur Keran Cash Flow

Cara Menghitung Cash Flow Investasi

Sebelum Anda memutuskan bagaimana Anda akan membuat cash flow yang positif, Anda bisa mulai dengan mencatat apa yang sudah Anda lakukan selama ini dengan uang Anda.

Contoh cash flow bulanan yang dapat Anda lakukan

PendapatanGaji BulananRp xxx
 Pendapatan FreelanceRp xxx
Total PendapatanRp xxx
PengeluaranCicilan MobilRp xxx
 Rumah TanggaRp xxx
 Telepon & InternetRp xxx
Total PengeluaranRp xxx
Selisih Cash FlowRp xxx

Jika selisih cash flow Anda positif, Anda bisa sedikit bernapas lega. Jika selisih cash flow Anda negatif, maka sebaiknya Anda mulai melakukan refleksi keuangan.

Salah satu langkah sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi cash flow negatif adalah dengan melakukan budgeting. Dengan budgeting Anda secara langsung mengatur keran kas Anda sebelum kas keluar.

Sama halnya dengan cash flow bulanan, membuat tabel budgeting dapat dilakukan di excel secara sederhana. Berikut disajikan contoh cash flow sederhana excel untuk melakukan budgeting.

PEMASUKAN BULANAN (MONTHLY CASH IN)
Gaji Bulanan Rp6.000.000,-      
Freelance Rp1.000.000,-      
TOTAL Rp7.000.000,-
PENGELUARAN BULANAN (MONTHLY CASH OUT)
Kategori Budget Aktualisasi Aktualisasi (Rp) Sisa (Rp)
Rumah Tangga Rp2.000.000,- Listrik & Air Rp700.000,- Rp1.300.000,-
    Sembako Rp1.000.000,- Rp300.000,-
    Gas Elpiji Rp150.000,- Rp150.000,-
Transportasi Rp600.000,- KRL Rp200.000,- Rp400.000,-
    Ojek Online Rp300.000,- Rp100.000,-

Tabel bisa Anda lanjutkan sesuai dengan kondisi Anda. Yang terpenting adalah, pastikan jumlah pada kolom ‘Budget’ tidak melebihi total pemasukan dan total pada kolom ‘Aktualisasi (Rp)’ per kategorinya tidak lebih besar dari angka di kolom ‘Budget’.

Cara lain untuk membuat cash flow Anda positif adalah dengan cara menambah pemasukan bulanan.

Pemasukan tambahan bisa didapat dari mengerjakan pekerjaan tambahan atau mendapat passive income dari investasi.

Cash Flow VS Capital Gains

cara menghitung cash flow investasi

Setelah mengenal tentang cash flow, sekarang Anda siap melangkah ke tahap selanjutnya untuk membahas highlight dari artikel ini, yaitu untuk mengenal cash flow investing dan bagaimana cara melakukannya.

Apa itu cash flow investing? Apa itu capital gains? Di manakah letak perbedaan keduanya?

Cash flow investing adalah sebuah upaya investasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan aliran dana masuk dari investasi yang dilakukan secara rutin.

Contoh cash flow investing adalah menyewakan atau mengontrakkan properti dengan pembayaran per bulan atau per tahun.

Berbeda dengan capital gains. Pada dasarnya, capital gains adalah cuan yang didapatkan investor karena produk investasi yang dimiliki harganya lebih tinggi saat dijual daripada saat membeli.

Contoh tahun ini Tuan A membeli rumah seharga 500 juta rupiah. Lima tahun kemudian saat Tuan A memutuskan untuk menjual rumahnya, rumah tersebut laku di pasaran dengan harga 800 juta rupiah. Selisih 300 juta yang didapat Tuan A itulah yang disebut capital gains.

Mana yang lebih menguntungkan di antara keduanya?

Tidak ada jawaban pasti dari pertanyaan ini karena semuanya tergantung dari tujuan investasi, kebutuhan, hingga profil risiko masing-masing orang.

Bisa dibilang, cash flow investing cocok dilakukan untuk kebutuhan investasi jangka pendek dan investasi dengan tujuan mendapat capital gains cocok dilakukan untuk investasi jangka panjang.

Investasi Tepat untuk Meningkatkan Cash Flow

cara menghitung cash flow investasi

Sebenarnya, Anda bisa saja memilih untuk melakukan cash flow investing dan investasi untuk menghasilkan capital gains sekaligus.

Ibarat pepatah sambil menyelam minum air. Berikut ini adalah contoh investasi yang bisa memiliki fungsi ganda.

Investasi Properti

Properti adalah sektor investasi yang paling diminati oleh cash flow investor. Banyak praktisi keuangan yang menyarankan untuk berinvestasi di properti, salah satunya adalah penulis buku best seller ‘Rich Dad Poor Dad’ Robert Kiyosaki.

Anda bisa mendapat cash flow rutin dari properti jika Anda menyewakan properti Anda dan akan mendapatkan capital gains saat Anda menjual properti tersebut.

Investasi Saham

Saat Anda berinvestasi saham, selain berpotensi mendapatkan capital gains dari harga saham, Anda juga berkesempatan untuk mendapatkan bagian dari laba perusahaan yang disebut dividen.

Jika ingin mendapatkan dividen secara rutin untuk menambah cash flow, jangan lupa untuk mencari tahu terlebih dahulu daftar perusahaan yang rajin membagikan dividen.

Investasi Obligasi

Investasi selanjutnya adalah obligasi. Obligasi adalah surat utang yang biasanya dikeluarkan oleh perusahaan atau Negara untuk mendapatkan tambahan dana.

Obligasi merupakan surat perjanjian utang antara perusahaan/pemerintah dengan investor yang berisi jumlah nominal utang beserta bunga (kupon) yang harus dibayar secara rutin oleh pihak penjual obligasi.

Kupon obligasi biasanya dibayarkan bulanan atau per 6 bulan, tergantung jenis obligasinya.

Cara Menghitung Cash Flow Investasi

cara menghitung cash flow investasi

Berikut ini adalah contoh perhitungan cash flow investing pada sektor properti (Asumsikan Anda adalah seorang pemilik kontrakan 10 pintu dengan harga sewa per bulan 1,5 juta)

Banyaknya unit = 10 unit

Harga sewa @ unit =  Rp1.500.000

Total = Rp15.000.000

Rasio beban = 40% (beban pemeliharaan, dll. Ditentukan sendiri)

Total beban = Rp15.000.000 x 40% = Rp6.000.000

Laba bersih = Rp9.000.000

Laba ditahan = Rp4.500.000 (50%)

Laba untuk didistribusikan kembali = Rp4.500.000 (50%)

Laba ditahan merupakan arus kas masuk bagi Anda sedangkan sisa 4,5 juta lainnya dapat Anda investasikan kembali, misalnya untuk tabungan menambah unit kontrakan baru atau membeli saham, sehingga Anda bisa mendapatkan penghasilan yang berkali-kali lipat nantinya.

Begitulah jabaran singkat mengenai cara menghitung cash flow investasi pada sektor properti.

Rate this post
Author: Content Writer

Penulis lepas di toiletbisnis.com. Berikan komentar terbaik anda, untuk menyempurnakan blog ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.