Daftar isi konten
Cara menentukan harga jual produk. Apapun produk yang kamu jual, memang yang nomor satu adalah kualitas produk tersebut.
Tetapi tidak itu saja elemen utama yang menentukan apakah produkmu dapat diterima pasaran atau tidak.
Faktor lainnya adalah harga jual produk. Memang bagi pemula akan cukup sulit untuk menentukan harga jual yang tepat.
Baca juga: Cara Promosi di Facebook
Namun kamu sudah di tempat yang tepat untuk belajar.
Mari baca selengkapnya…
Cara menentukan harga jual produk
1. Meniru kompetitor
Yang pertama ini dapat dibilang yang paling mudah.
Jadi kamu bisa mencoba meniru harga jual kompetitor.
Dengan kamu bisa mengenali siapa kompetitor kamu maka kamu sudah 50% menang.
Termasuk mengetahui harga jual produk yang ditetapkan oleh kompetitor.
Apabila memang harga kompetitor sudah menutupi biaya-biaya yang kamu keluarkan.
Maka mengapa tidak menetapkan harga yang sama?
Kalau bisa lebih murah dari kompetitor justru bagus.
Tentunya kamu jangan mengesampingkan kualitas.
Walaupun penetapan harga jual lebih rendah dari kompetitor, tetapi kualitas harus dipertahankan.
Kalau tak dapat mengalahkan harga kompetitor bagaimana triknya?
Contohnya kalau kompetitor memiliki supplier bahan baku yang lebih murah.
Sehingga tidak memungkinkan bagi kamu untuk mematok harga jual yang lebih rendah. Karena tidak dapat profit.
Untuk itu kamu bisa memodifikasi produk kamu.
Sehingga market tidak melihat produk kamu sebagai produk yang sama dengan milik kompetitor.
Contohnya kamu memproduksi sepatu. Maka kamu bisa menambahkan paket kaos kaki.
Kaos kaki ini tidak harus produksi sendiri, tetapi kamu bisa bekerjasama dengan perusahaan manufaktur kaos kaki. Seperti itu contohnya.
Jangan perang harga, karena ini sangat merugikan.
Tetapi gunakan kreativitas. Hal yang sama berlaku bagi kamu yang membuka toko.
2. Menggunakan persentase
Yang kedua adalah dengan menggunakan persentase. Cara ini paling banyak digunakan, khususnya untuk dropshipper dan toko.
Jadi setelah mengetahui berapa harga pokok. Kemudian dikalikan persentase tertentu.
Kemudian ditambahkan. Totalnya adalah harga jual produk.
Kalau bingung berikut contohnya:
Kamu adalah pemilik toko babydoll yang mengambil produk dari pabrik. Misalkan ada babydoll Anne Claire dengan harga dari pabrik Rp 50.000,00.
Dan kamu menetapkan persentase keuntungan yang kamu inginkan 5%.
Jadi harga jual = 50.000 + (50.000 x 5%)
Sehingga didapatkan harga jual final untuk konsumen adalah Rp. 52.500,00.
Jadi keuntungan per pcs yang kamu jual adalah Rp 2.500,00.
Persentase ini tidak perlu tinggi-tinggi. Jadi nanti kamu main omzet.
Kalau harga jual terlalu tinggi nanti kalah dengan pesaing.
Apalagi kamu yang tinggal di kota besar. Pesaing biasanya jumlahnya ratusan!
Memang menjengkelkan. Jadi mau tidak mau kamu harus bisa menggunakan strategi penetapan harga jual yang tepat.
Dengan menggunakan persentase ini maka untuk menghitung total profit kamu dalam sehari akan lebih mudah.
Karena tinggal dikalikan dengan omzet saja. Ambil contoh omzetmu dalam sehari Rp 10.000.000,00 dan kamu menetapkan persentase 10%.
Maka berapakah profit yang kamu dapatkan di hari itu?
Rumusnya = Omzet x Persentase = 10.000.000 x 10% = Rp 1.000.000,00
3. Mark up
Yang ketiga adalah dengan menggunakan metode mark up.
Kalau yang sebelumnya menggunakan persentase kalau yang ketiga ini langsung menggunakan nominal.
Karena kita menggunakan mata uang Rupiah, jadi mark up pun dalam rupiah.
Biasanya yang cocok untuk memakai metode ini adalah perusahaan jasa.
Jadi misalkan kamu sudah menghitung harga pokok. Tinggal kamu tambahkan dengan berapa keuntungan yang kamu inginkan di dalam nominal rupiah.
Rumusnya = Harga pokok + Mark Up = Harga jual
Kalau dalam kasus perusahaan jasa yang sering memakai metode ini. Anggap saja ada perusahaan content writing.
Setelah dihitung waktu yang dibutuhkan, biaya listrik, biaya internet, dan lain-lain. Sehingga didapatkan harga pokok yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 artikel 500 kata Rp 30.000,00.
Dan kamu menginginkan keuntungan Rp 10.000,00. Maka harga jualnya jadi = Rp 30.000,00 + Rp 10.000,00 = Rp 40.000,00.
4. Selalu waspada dengan kondisi terbaru
Yang keempat adalah kondisi terbaru. Walaupun kamu sudah menetapkan harga jual.
Tetapi biasanya harga tersebut tidak dapat bertahan hingga lama sekali. Jarang ada kondisi seperti ini.
Dapat dibilang kalau harga jual itu fleksibel. Seiring waktu bisa mengalami perubahan. Yang mempengaruhi antara lain:
- Biaya-biaya pokok
- Konsumen / Permintaan pasar
- Pesaing
Semuanya itu akan mempengaruhi harga jual yang kamu patok.
Kalau memang ada kesempatan untuk menaikkan harga, itu berarti kesempatan untuk mendapatkan profit lebih. Jangan sampai kamu sia-siakan.
Kita kan berbisnis Tujuannya untuk mendapatkan profit.
Jadi kalau memang ada kesempatan untuk menaikkan harga, jangan telat.
Contoh aja di tahun 2020 ini. Kalau kamu biasanya berjualan masker medis.
Ketika pandemi Corona harga masker sempat naik berkali lipat.
Maka kamu bisa ikut menaikkan harga. Tetapi jangan terlalu berlebihan juga harus mengikuti pasaran.
5. Kuantitas pembelian
Yang kelima adalah kuantitas pembelian. Ini juga penting sekali dalam menentukan harga jual.
Jadi seberapa banyak customer membeli produk kamu.
Kalau kuantitas pembelian customer cukup banyak bisa kamu masukkan harga grosir.
Sementara kalau kuantitas produk yang customer beli hanya beberapa, kamu masukkan harga eceran.
Untuk harga grosir ditetapkan harga jual produk yang lebih murah. Sementara harga eceran sebaliknya, lebih mahal.
Dengan menetapkan harga jual ini maka akan memancing customer untuk membeli dengan kuantitas yang lebih banyak.
6. Menghitung semua biaya
Yang keenam adalah dengan menghitung semua biaya.
Sebelum menentukan berapa harga jual kamu harus menghitung biaya-biaya yang kamu keluarkan untuk membuat sebuah produk.
Semua biaya langsung / direct costs. Baik produk atau jasa akan tetap ada biaya langsung tersebut.
Jadi jangan lupa untuk kamu masukkan dalam kalkulasi.
Setelah direct costs, kamu juga harus menghitung variable costs.
Apa saja yang masuk dalam kategori variable costs ini? Antara lain:
- Bahan-bahan
- Packaging
- Dan lain-lain
Mengapa bahan-bahan dan packaging ini kami masukkan dalam variable costs?
Karena semakin banyak jumlah yang kamu produksi maka biaya akan semakin besar.
Yang berikutnya adalah biaya tetap / fixed costs.
Contohnya adalah biaya kontrak, gaji pegawai, tingkat suku bunga, dan sejenisnya.
Di mana biaya tersebut berkaitan dengan proses produksi produk kamu.
Kombinasikan semua costs atau biaya-biaya tersebut. Dan bagi dengan volume.
Sehingga kamu akan mendapatkan figur BEP. BEP Ini adalah Break Event Point. Titik di mana kamu berhasil balik modal.
Perhitungan biaya ini harus dilakukan dengan teliti. Baru setelahnya kamu bisa menetapkan berapa harga jual produk yang ingin kamu gunakan.
Jadi faktor-faktor di atas semuanya saling berkaitan. Mulai dari kondisi pasar hingga biaya-biaya.
Luangkan waktu yang cukup dalam menentukan harga jual produk.